Sabtu, 08 September 2012

Pentingnya Pendidikan Usia Dini bagi Tumbuh Kembang Anak



Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun tinggi. Kebanyakan anak-anak Indonesia dalam memulai proses masuk ke lembaga pendidikan, mengabaikan pendidikan anak usia dini, padahal untuk membiasakan diri dan mengembangkan pola pikir anak pendidikan sejak usia dini mutlak diperlukan.
Sudah bukan informasi baru, mengenai 3 tahun pertama anak adalah usia emas baginya untuk menyerap informasi sebanyak-banyaknya. Berdasar pengetahuan ini pun makin banyak didengungkan mengenai pentingnya pendidikan anak usia dini. Perlu orang tua ketahui bahwa anak memiliki kemampuan yang perlu diasah sejak dini, karena dengan mereka memiliki berbagai kemampuan tersebut tentunya sudah dapat dibentuk sedari dini.

“[Sayangnya] banyak orangtua yang menganggap pendidikan anak usia dini tidak begitu penting, dengan alasan tidak ingin anaknya mengalami stres atau kehilangan masa bermain. Padahal, 70 persen pembentukan karakter manusia itu dimulai dari usia nol hingga 3 tahun. Sejak dini, anak-anak berhak mendapat saran pendidikan yang nyaman, penuh kasih sayang, dan dalam lingkungan mendukung,” kata Novita Tandry, Director Tumble Tots Indonesia di acara peresmian SGM Prestasi Center, Jakarta, (1/5).
Saat ini sudah ada kesadaran kearah sana, namun dengan luas dan jumlah penduduk Indonesia yang besar dan lembaga pendidikan anak usia dini masih bersifat seadanya dan banyak yang belum memenui keriteria pendidikan anak usia dini, apalagi pos PAUD yang merupakan perkembangan dari posyandu terintegrasi, dimana awalnya lembaga ini diarahkan untuk mengadakan timbangan badan dan memberikan makanan sehat, yang ahirnya difungsikan untuk memberi stimulasi pendidikan.
Pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan ketrampilan anak. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan,, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spititual.
Disampaikan pula oleh Novita, ada 2 hal yang penting untuk membantu perkembangan anak optimal, yakni nutrisi serta stimulasi.
“Nutrisi harus presisi sesuai tumbuh kembang anak. Begitu pula dengan stimulasinya. Dengan dukungan menyeluruh, penggabungan nutrisi dan stimulasi yang presisi sesuai usia perkembangan, bisa menciptakan anak-anak yang berprestasi,”
Sesuai dengan keunikan dan pertumbuhan anak usia dini maka penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini di sesuaikan dengan tahap tahap perkembangan yang di lalui oleh anak usia dini.
Umumnya, pada usia 4 tahun ini si kecil baru mulai masuk TK (Taman Kanak-kanak). Baik TK yang biasa atau TK Al Quran yang dikenal dengan TKA (Taman Kanak-kanak Al Quran) atau TPQ (Taman Pendidikan Al Quran). Itu artinya, sebagian tanggung jawab pendidikan anak terlimpahkan pada para guru TK tersebut. Namun demikian, adalah salah besar apabila orang tua menyerahkan pendidikan anak 100% pada lembaga pendidikan. Kegagalan pendidikan kepribadian anak kebanyakan karena kegagalan pendidikan dalam rumah; yakni pendidikan orang tua.Dalam konteks pendidikan orang tua, ibulah yang paling memegang peranan penting. Oleh karena itu, sukses tidaknya masa depan anak dan baik buruknya kepribadiannya, akan sangat tergantung seberapa peran ibu dalam proses pendidikannya. Terutama dalam pendidikan anak usia dini (PAUD) yakni usia 0 – 6 tahun dan 6 – 16 (usia SD SMP). Tentu saja peran ayah tak kalah pentingnya, terutama dalam proses pembangunan kepribadian (character building).
Masalah
Bagaimanakah pendidkan anak usia dini dalam konteks pendidikan nasional ?
Pembahasan
Periode emas bagi perkembangan anak adalah dimaksudkan untuk memperoleh proses pendidikan, dan periode ini adalah tahun-tahun yang sangat berharga bagi seorang anak untuk mengenali berbagai macam fakta di lingkungannnya sebagai stimulus terhadap perkembangan kepribadian , psikomotor, kognitif maupun sosialnya.
Berdasarkan hasil penelitian sekitar 50% kapabilitaas kecerdasan orang dewasa telah terjadi ketika anak berumur 4 tahun,8 0% telah terjadi perkembangan yang pesat tentang jaringan otak ketika anak berumur 8 tahun dan mencapai puncaknya ketika anak berumur 18 tahun, dan setelah itu walaupun dilakukan perbaikan nutrisi tidak akan berpengaruh terhadap perkembangan kognitif.
Hal ini berarti bahwa perkembangan yang terjadi dalam kurun waktu 4 tahun pertama sama besarnya dengan perkembangan yang terjadi pada kurun waktu 14 tahun berikutnya. Sehingga periode ini merupakan periode kritis bagi anak, dimana perkembangan yang diperoleh pada periode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan periode berikutnya hingga masa dewasa. Sementara masa emas ini hanya datang sekali, sehingga apabila terlewatkan berarti habislah peluangnya.
Untuk itu pendidikan anak usia dini seharusnya memberikan rangsangan (stimulasi) dari lingkungan terdekat adalah sangat diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuan anak. Pemerintah dalam hal jangan sekai-kali melakukan pendekatan yang sangat diskriminatif terutama dalam pengambilan kebijakan terhadap PAUD (baik paud forma,non formal mupun paud informal) terutama pada pos paud,karena UU No 20 tahun 2003 tidak mengenal istilah pos paud (secara tersurat),sekali lagi pemerintah tidak boleh berlaku deskriminatif.
Pemerintah Indonesia telah memperkenalkan panduan stimulasi dalam program Bina Keluarga Balita (BKB) sjak tahun 1980, namun implementasinya belum memasyarakat. Hasil penelitian Herawati ( 2002) di Bogor menemukan bahwa dari 265 keluarga yang diteliti hanya 15% yang mengetahui program BKB, factor lain adalah rendahnya partisipasi orang tua dalam program BKB.
Masih rendahnya layanan pendidikan dan perawatan bagi anak usia dini saat ini antara lain disebabkan masih terbatasnya jumlah lembaga yang memberikan layanan pendidikan dini jika dibanding dengan jumlah anak usia 0-6 tahun yang seharusnya memperoleh layanan tersebut. Berbagai program yang ada baik langsung (melalui Bina Keluarga Balita dan Posyandu) yang telah ditempuh selama ini ternyata belum memberikan layanan secara utuh, belum bersinergi dan belum terintegrasi pelayanannya antara aspek pendidikan, kesehatan dan gizi. Padahal ketiga aspek tersebut sangat menentukan tingkat intelektualitas, kecerdasan dan tumbuh kembang anak.
Pada lembaga pendidikan anak usia dini, kini sudah mengajarkan anak tentang dasar-dasar dalam cara belajar. Di usianya yang masih sangat dini tersebut, anak akan diperkenalkan terlebih dahulu pada sebuah fondasi. Mereka akan mengetahui semuanya sedikit demi sedikit melalui apa yang mereka lihat dan pelajari. Dengan mereka bermain akan diajarkan bagaimana cara yang tepat dalam bersosialisasi, mengatur waktu dan yang terpenting bisa menguasai 1-3 bahasa.
Pendidikan anak usia dini yang orang tua berikan bagi anak merupakan suatu persiapan kematangan anak dalam menghadapi masa demi masa untuk perkembangannya di masa yang akan datang. Saat ini telah banyak berbagai sekolah taman kanak-kanak memberikan pendidikan yang baik dan berkualitas demi mengembangkan kemampuan dan bakat dalam diri anak tersebut. Oleh karena itu, diperlukan usaha dan orangtua dalam mengajar dan mendidik anak terutama dalam membaca. Mengajar anak membaca tidak harus melihat berapa usia yang tepat untuk mengajarkannya. Yang terpenting disini adalah Anda berusaha memberikan yang terbaik dalam pendidikannya kelak.

Ciri-ciri Anak TK Prasekolah


Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial, dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi. Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma- norma kehidupan bermasyarakat.

Dalam proses perkembanganya ada ciri-ciri yang melekat dan menyertai periode anak tersebut. Menurut Snowman (1993 dalam Patmonodewo, 2003) mengemukakan ciri-ciri anak prasekolah (3-6 tahun) yang biasanya ada TK. Ciri-ciri anak TK dan prasekolah yang dikemukakan meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif.

1) Ciri Fisik Anak Prasekolah Atau TK. Penampilan maupun gerak gerik prasekolah mudah dibedakan dengan anak yang berada dalam tahapan sebelumnya.
  • Anak prasekolah umumnya aktif. Mereka telah memiliki penguasaan atau kontrol terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri.
  • Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istirahat yang cukup, seringkali anak tidak menyadari bahwa mereka harus beristirahat cukup. Jadwal aktivitas yang tenang diperlukan anak.
  • Otot-otot besar pada anak prasekolah lebih berkembang dari kontrol terhadap jari dan tangan. Oleh karena itu biasanya anak belum terampil, belum bisa melakukan kegiatan yang rumit seperti misalnya, mengikat tali sepatu.
  • Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan pandangannya pada obyek-obyek yang kecil ukurannya, itulah sebabnya koordinasi tangan masih kurang sempurna.
  • Walaupun tubuh anak lentur, tetapi tengkorak kepala yang melindungi otak masih lunak (soft). Hendaknya berhati-hati bila anak berkelahi dengan teman-temannya, sebaiknya dilerai, sebaiknya dijelaskan kepada anak-anak mengenai bahannya.
  • walaupun anak lelaki lebih besar, anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang bersifat praktis, khususnya dalam tugas motorik halus, tetapi sebaiknya jangan mengkritik anak lelaki apabila ia tidak terampil, jauhkan dari sikap membandingkan anak lelaki-perempuan, juga dalam kompetisi ketrampilan seperti apa yang disebut diatas.
2) Ciri Sosial Anak Prasekolah atau TK
  • Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat ini cepat berganti, mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan teman. Sahabat yang dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang sahabat dari jenis kelamin yang berbeda.
  • Kelompok bermain cenderung kecil dan tidak terorganisasi secara baik, oleh karena kelompok tersebut cepat berganti-ganti.
  • Anak lebih mudah seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar. Parten (1932) dalam social participation among praschool children melalui pengamatannya terhadap anak yang bermain bebas di sekolah, dapat membedakan beberapa tingkah laku sosial: a) Tingkah laku unoccupied anak tidak bermain dengan sesungguhnya. Ia mungkin berdiri di sekitar anak lain dan memandang temannya tanpa melakukan kegiatan apapun. b) Bermain soliter anak bermain sendiri dengan menggunakan alat permainan, berbeda dari apa yang dimainkan oleh teman yang berada di dekatnya, mereka berusaha untuk tidak saling berbicara. c) Tingkah laku onlooker anak menghasilkan tingkah laku dengan mengamati. Kadang memberi komentar tentang apa yang dimainkan anak lain, tetapi tidak berusaha untuk bermain bersama. d) Bermain pararel anak-anak bermain dengan saling berdekatan, tetapi tidak sepenuhnya bermain bersama dengan anak lain, mereka menggunakan alat mainan yang sama, berdekatan tetapi dengan cara tidak saling bergantung. e) Bermain asosiatif anak bermain dengan anak lain tanpa organisasi. Tidak ada peran tertentu, masing-masing anak bermain dengan caranya sendiri-sendiri. f) Bermain Kooperatif anak bermain dalam kelompok di mana ada organisasi. Ada pemimpinannya, masing-masing anak melakukan kegiatan bermain dalam kegiatan, misalnya main toko-tokoan, atau perang-perangan.
3) Ciri Emosional Anak Prasekolah atau TK
  • Anak TK cenderung mngekspreseikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut.
  • Iri hati pada anak prasekolah sering terjadi, mereka seringkali memperebutkan perhatian guru.
4) Ciri Kognitif Anak Prasekolah atau TK
  • Anak prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa. Sebagian dari mereka senang berbicara, khususnya dalam kelompoknya, sebaiknya anak diberi kesempatan untuk berbicara, sebagian dari mereka dilatih untuk menjadi pendengar yang baik.
  • Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan, mengagumi dan kasih sayang. Ainsworth dan Wittig (1972) serta Shite dan Wittig (1973) menjelaskan cara mengembangkan agar anak dapat berkembang menjadi kompeten dengan cara sebagai berikut: a) Lakukan interaksi sesering mungkin dan bervariasi dengan anak. b) Tunjukkan minat terhadap apa yang dilakukan dan dikatakan anak. c) Berikan kesempatan kepada anak untuk meneliti dan mendapatkan kesempatan dalam banyak hal.
  • Berikan kesempatan dan dorongan maka untuk melakukan berbagai kegiatan secara mandiri. a) Doronglah anak agar mau mencoba mendapatkan ketrampilan dalam berbagai tingkah laku. b) Tentukan batas-batas tingkah laku yang diperbolehkan oleh lingkungannya. c) Kagumilah apa yang dilakukan anak. d) Sebaiknya apabila berkomunikasi dengan anak, lakukan dengan hangat dan dengan ketulusan hati.

Taman Kanak-Kanak di Jepang

Secara kebetulan saya menemukan situs tentang tujuan sekolah-sekolah di Jepang. Ternyata sangat rinci dijelaskan tentang tujuan setiap jenjang pendidikan.
Tujuan TK tercantum dalam artikel no 77 UU Pendidikan Jepang (diterjemahkan dengan bahasa segampangnya (~_~) )
TK atau youchien (幼稚園)bertujuan untuk mengasuh (保育) anak-anak usia dini, memberikan lingkungan yang layak bagi perkembangan jiwa anak.
Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam artikel no 78 dijelaskan tata caranya :
1. Merancang pendidikan yang mengembangkan fungsi tubuh dan jiwa secara harmoni melalui pembiasaan pola hidup yang sehat, aman dan menyenangkan.
2. Menumbuhkan semangat kemandirian, kehidupan berkelompok yang penuh kegembiraan dan kerjasama.
3. Mengenalkan kehidupan sosial dan membina kemampuan bersosialisasi
4. Mengarahkan penggunaan bahasa dengan benar serta menumbuhkan minat berkomunikasi dengan sesamanya.
5. Mengarahkan minat untuk berkreasi melalui pembelajaran musik, permainan, menggambar dan lain-lain.
TK mengintrepretasikan tujuan tersebut dalam silabus pembelajaran yang saya pikir hampir sama di setiap sekolah. Berikut saya jelaskan apa yang dipelajari anak-anak TK di Sono Youchien, Iwakura, Aichi Prefecturte. Kepala Sekolah, Ibu Ando memberikan saya (setelah merengek) copy- jam belajar sehari.
Nama Kelas
Momiji 2
Umur : ….th
TTD
Kepsek

TTD
Guru

Senin, 12-6-2006
Cuaca
Nama Guru


Pesan Mingguan
Udara cerah, bermain di luar. Jika hujan, kegiatan dilakukan di dalam kelas, Latihan gerak dengan musik yang menyenangkan, Menumbuhkan minat kepada tsuyu (梅雨)( = musim hujan, di bulan Juni, sebagian wilayah Jepang hujan-red)
Pesan Harian
Guru memberi contoh yang baik, anak yang enggan bermain harus disemangati
Tujuan exercise hari ini

Jam
Kegiatan
Lingkungan dan Kondisi Murid
Pesan/Tindakan Guru
8.50
masuk kelas
Taruh barang di loker, kemudian duduk di bangku
Ucapkan [Selamat Pagi] dg wajah gembira. Periksa keadaan murid satu per satu sambil menanyakan kabar masing-masing anak
9.05
Pengenalan exercise hari ini
Absen
Ucapan salam di pagi hari, lagu dan absensi.
Kartu absen diisi
Sambil mengabsen, menanyakan perubahan kondisi anak
9.15
Break ke toilet
Latihan cara buang air sendiri, cebok, dan mencuci tangan dengan sabun
Memeriksa apakah tatacaranya sudah benar, membenarkan yang salah
9.20
Menyanyi
Ada anak yang menyanyi dengan semangat, ada juga yang loyo
Sambil memperhatikan keadaan anak satu per satu, mainkan piano sesuai dengan kemampuan anak, juga ajarkan anak untuk menyesuaikan dengan suara temannya (intinya bikin paduan suara yang bagus-red)
9.45
Senam pagi
senam di halaman sekolah

10.00
Masuk kelas
Copot kaus kaki
Kaus kaki dicopot, disatukan dan masukkan dalam loker
Perhatikan apakah siswa mencopot kaus kaki dengan benar dan melipatnya/menggulungnya dengan benar. Berikan bantuan jika anak belum bisa melakukannya dengan baik
10.20
Ritmik
Ada anak yang semangat ada yang lemes
Dengarkan ucapan Fujikawa sensei (guru ritmik yg memainkan piano-didatangkan khusus-red), dengarkan dengan baik nada yang muncul dan bimbing anak untuk mengikutinya
10.45
Bermain
Pakai topi merah, bermain di luar kelas/di kebun/halaman sekolah
Ikuti dan amati anak-anak yang bermain kalau bisa arahkan, bantu mereka dalam bermain
11.45
Alat bermain dirapikan, masuk kelas, bersiap makan
cuci tangan dan ugai (memasukkan air ke tenggorokan tapi tidak ditelan, untuk mencegah batuk/pilek-red) sebelum masuk kelas, yang mau ke toilet dipersilahkan. Masuk ke kelas dan mengeluarkan bento (bekal) masing2
Periksa perlengkapan makan anak
12.00
Makan siang
Cara duduk untuk makan yang benar
apakah perlengkapan makan anak lengkap, jika ada yang lupa bawa sendok atau sumpit, siapkan
Perhatikan cara makan, ajari cara menggunakan sumpit, sendok atau garpu. Usahakan acara makan pun menyenangkan
12.40
Gosok gigi
Gosok gigi di luar kelas, di seputar kran air (letaknya di lantai 1 dengan bentuk melingkar-red)
Perhatikan dan ajari cara menggosok gigi yang benar
13.00
Game
Bermain permainan tradisional atau modern. Ada anak yang berminat ada yang tidak
Perhatikan kemampuan anak dalam bekerjasama, tumbuhkan rasa percaya diri anak yang malu-malu
13.30
Bermain di luar


14.00
Berkumpul, bersiap untuk pulang
Cuci tangan, ugai ,pipis
bersiap untuk pulang
Ucapkan [Besok pun harus bersemangat ke sekolah] dengan gembira dan bersemangat
14.25
Menyanyi lagu salam perpisahan
Menyanyi dengan gembira, tenang dalam berbaris.
Baris per kelas di depan sekolah
Antarkan kepulangan mereka dengan senyum, gembira dan ucapan-ucapan yang menyemangati
15.00
Pulang












Begitulah, senangnya belajar di TK (^_^)